Belajar Meraih Sukses dari Miliarder
Dia mulai merintis jenis sekolah baru untuk membangun dan mengembangkan usaha kecil.
Clayton L. Mathile (forbes.com)
Clayton L. Mathile, dikenal sebagai salah satu miliarder di Amerika Serikat. Dia telah menjual Iams Co. kepada Procter & Gamble pada 1999 sebesar US$ 2,3 miliar atau lebih dari Rp 20 triliun.
Namun dia tak pensiun. Dia kembali mencurahkan energi dan waktunya guna mengajarkan keahlian berbisnis. Dia sudah menggelontorkan US$ 130 juta untuk mengabadikan namnya di gedung baru di Harvard Business School, AS.
Selain itu, dia mulai merintis jenis sekolah baru untuk membangun dan mengembangkan usaha kecil agar berkembang lebih baik. Seperti dituliskan oleh Forbes, 21 Januari 2010, dengan proyek Aileron, yang dimulai pada 1996, dia menawarkan program manajemen bisnis bagi peserta. Sekitar 1.500 pengusaha mengikuti program tersebut.
Pada April 2008, Mathile meresmikan gedung baru yang memadukan dinding kaca, kayu dan batu, dengan konsep bangunan khas "dusun" seluas 70 ribu meter persegi di Ohio.
Para peserta adalah pengusaha kecil. Mereka adalah pengusaha atap bangunan, tanaman, serta pengrajin logam yang ingin fokus pada kontrol internal dan strategi jangka panjang.
"Kami hadapi dan jalani problem bisnis setiap hari. Universitas tak menangani ini," kata Mathile. Itulah mengapa kemudian dia membuat Aileron. Sekitar 95 persen biayanya ditanggung Mathile. Sedangkan, sisanya dibayar oleh peserta yang membayar US$ 800 selama dua hari pertemuan.
Mathile menerapkan pola pembelajaran yang bukan tradisional. Dia memanfaatkan arsitek, Lee H Skolnick untuk mendesain sejumlah museum bagi siswa yang dilengkapi dengan video monitor untuk memudahkan siswa menangkap pesan-pesannya di gedung "Risk Corridor".
Di ruangan lain dipajang layar sentuh agar pengunjung bisa berinteraksi dengan Mathile memakai teknologi digital.
Wesley Gipe, seorang klien menggunakan Aileron untuk mengubah pola manajemen bisnisnya agar fokus pada pasar layanan kesehatan. "Pesan konsultan cukup kejam, tetapi itulah yang kami butuhkan."
Eric Rich II, klien lain yang memimpin Rich Roofing di Tory, Ohio mengimplementasikan aturan dan riview kinerja lebih jelas. Sebanyak 90 karyawannya keluar, namun penjualannya justru naik 14 persen pada 2009 US$ 3,5 juta. Kualitas hidup Erich menjadi lebih baik. Dia pun bisa rileks mengajak keluarga berlibur tanpa harus buang-buang waktu di telepon.
Mathile akan mengembangkan pengalaman ini melalui jaringan media sosial dan internet. Jika setiap bisnis mengadopsi manajemen yang efektif dan sukses, kata dia, mereka tidak perlu lagi tempat ini.
Namun dia tak pensiun. Dia kembali mencurahkan energi dan waktunya guna mengajarkan keahlian berbisnis. Dia sudah menggelontorkan US$ 130 juta untuk mengabadikan namnya di gedung baru di Harvard Business School, AS.
Selain itu, dia mulai merintis jenis sekolah baru untuk membangun dan mengembangkan usaha kecil agar berkembang lebih baik. Seperti dituliskan oleh Forbes, 21 Januari 2010, dengan proyek Aileron, yang dimulai pada 1996, dia menawarkan program manajemen bisnis bagi peserta. Sekitar 1.500 pengusaha mengikuti program tersebut.
Pada April 2008, Mathile meresmikan gedung baru yang memadukan dinding kaca, kayu dan batu, dengan konsep bangunan khas "dusun" seluas 70 ribu meter persegi di Ohio.
Para peserta adalah pengusaha kecil. Mereka adalah pengusaha atap bangunan, tanaman, serta pengrajin logam yang ingin fokus pada kontrol internal dan strategi jangka panjang.
"Kami hadapi dan jalani problem bisnis setiap hari. Universitas tak menangani ini," kata Mathile. Itulah mengapa kemudian dia membuat Aileron. Sekitar 95 persen biayanya ditanggung Mathile. Sedangkan, sisanya dibayar oleh peserta yang membayar US$ 800 selama dua hari pertemuan.
Mathile menerapkan pola pembelajaran yang bukan tradisional. Dia memanfaatkan arsitek, Lee H Skolnick untuk mendesain sejumlah museum bagi siswa yang dilengkapi dengan video monitor untuk memudahkan siswa menangkap pesan-pesannya di gedung "Risk Corridor".
Di ruangan lain dipajang layar sentuh agar pengunjung bisa berinteraksi dengan Mathile memakai teknologi digital.
Wesley Gipe, seorang klien menggunakan Aileron untuk mengubah pola manajemen bisnisnya agar fokus pada pasar layanan kesehatan. "Pesan konsultan cukup kejam, tetapi itulah yang kami butuhkan."
Eric Rich II, klien lain yang memimpin Rich Roofing di Tory, Ohio mengimplementasikan aturan dan riview kinerja lebih jelas. Sebanyak 90 karyawannya keluar, namun penjualannya justru naik 14 persen pada 2009 US$ 3,5 juta. Kualitas hidup Erich menjadi lebih baik. Dia pun bisa rileks mengajak keluarga berlibur tanpa harus buang-buang waktu di telepon.
Mathile akan mengembangkan pengalaman ini melalui jaringan media sosial dan internet. Jika setiap bisnis mengadopsi manajemen yang efektif dan sukses, kata dia, mereka tidak perlu lagi tempat ini.
Di Indonesia, tampaknya belum ada pengusaha sukses yang spesifik dan mencurahkan seluruh waktu dan energinya membangun sekolah yang didedikasikan untuk mengembangkan usaha kecil.
Sumber : VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar